28.3 C
Bogor

Organic Search vs. Branded Traffic: Bongkar Kebohongan di Balik Grafik Hijau (Apakah Brand Keyword Itu SEO?)

Date:

Share:

Lo buka Google Analytics atau Search Console di akhir bulan. Lo liat grafik trafik organik berwarna hijau, naik 30% month-on-month. Tim lo sorak sorai, klien senyum lebar, dan lo merasa aman.

Tapi, apakah lo beneran aman? Atau lo cuma lagi menikmati ilusi pertumbuhan?

Kalau lo bedah data itu lebih dalam dan nemuin fakta bahwa 80% dari trafik itu datang dari orang yang ngetik nama brand lo di Google, gw punya kabar buruk: Strategi SEO lo sebenernya jalan di tempat.

Lo gak lagi memenangkan pasar baru. Lo cuma “memanen” orang-orang yang emang udah tau siapa lo. Kenaikan itu bukan hasil kerja keras optimasi keyword atau backlink, tapi mungkin efek tumpahan (spillover) dari iklan Facebook, billboard, atau viral di TikTok yang dikerjain tim lain.

Ini adalah kebohongan terbesar dalam laporan SEO modern. Kita sering mencampuradukkan Popularitas Brand dengan Kinerja Pencarian.

Di artikel ini, gw bakal bedah anatomi trafik organik sampai ke tulang-tulangnya. Kita bakal pake pisau bedah strategi dari Reforge buat misahin mana yang Real Growth (Loop) dan mana yang cuma Maintenance (Linear).

Siapin kopi. Kita masuk ke area “daging”.

Anatomi Konflik (Definisi yang Sering Salah Kaprah)

Sebelum kita debat soal strategi, kita harus satu frekuensi dulu soal definisi. Masalah utama di industri ini adalah ketidakjujuran (atau ketidaktahuan) dalam mendefinisikan sumber trafik.

Apa Itu Organic Search Sebenarnya?

Secara teknis, Organic Search adalah semua lalu lintas yang masuk ke website lo lewat hasil pencarian tak berbayar (SERP). Mesin Google gak peduli niat user. Selama user gak ngeklik iklan (Google Ads), Google bakal ngasih label “Organic”.

Tapi secara strategis, definisi ini cacat.

Sebagai Growth Lead, lo harus membagi Organic Search menjadi dua entitas yang berbeda total. Mereka punya DNA yang beda, tujuan beda, dan cara optimasi yang beda.

1. Branded Search (Navigational Intent)

Ini terjadi saat user ngetik: “Login BCA”, “Harga iPhone 15 iBox”, atau “Alamat Kopi Kenangan”.

  • Psikologi User: Mereka sudah kenal lo. Mereka punya intent spesifik buat berinteraksi sama lo. Di sini, Google cuma berfungsi sebagai “Buku Telepon Digital”. User males ngetik URL lengkap, jadi mereka ngetik nama lo di Google.
  • Sumber Pertumbuhan: Kenaikan di sini didorong oleh Brand Awareness. Ini hasil kerja PR, Iklan TV, Social Media, atau Word of Mouth.

2. Non-Branded Search (Discovery Intent)

Ini terjadi saat user ngetik: “Cara investasi saham pemula”, “Laptop gaming terbaik di bawah 15 juta”, atau “Jasa SEO Jakarta”.

  • Psikologi User: Mereka punya masalah, tapi belum tau siapa solusinya. Mereka belum kenal brand lo. Di sini, Google berfungsi sebagai “Konsultan”.
  • Sumber Pertumbuhan: Kenaikan di sini adalah murni hasil kerja SEO. Konten lo relevan, teknis lo bagus, otoritas lo tinggi, sehingga Google merekomendasikan lo ke orang asing (strangers).

Kalau lo ngegabungin dua data ini jadi satu angka “Organic Traffic”, lo lagi mencampur apel sama jeruk. Lo gak bisa bikin keputusan bisnis yang bener dari data yang bias.

Perspektif Growth Model (Reforge Framework)

Mari kita pake kacamata Reforge buat ngebedah posisi kedua jenis trafik ini dalam model pertumbuhan bisnis (Growth Model). Ini penting biar lo bisa jelasin ke C-Level kenapa trafik naik tapi revenue dari new user stagnan.

Dalam dokumen Acquisition Loops + Linear Channels, Reforge membedakan mekanisme pertumbuhan menjadi dua: Linear Channels dan Acquisition Loops.

Brand SEO Adalah Linear Channel (Bukan Mesin Pertumbuhan)

Di studi kasus LinkedIn yang dibahas Reforge, pencarian nama brand atau “Branded Term SEO” dikategorikan sebagai Linear Activity.

Kenapa linear? Karena volume pencariannya dibatasi oleh seberapa terkenal lo di dunia nyata.

  • Lo pasang iklan TV -> Orang cari nama lo -> Trafik Branded naik.
  • Lo stop iklan TV -> Orang lupa -> Trafik Branded turun.

Ini adalah hubungan sebab-akibat satu arah. Lo butuh input eksternal (iklan/PR) terus-menerus buat ngejaga trafik ini tetep ngalir. Reforge menyebut ini sebagai fungsi Feed Loop; dia memberi makan sistem, tapi dia bukan mesin yang bisa muter sendiri.

Jadi, kalau trafik SEO lo naik karena Brand Keyword, jangan bangga dulu. Itu artinya lo cuma sukses nangkep orang yang emang udah mau dateng. Itu tugas “Penjaga Gawang”, bukan “Striker”.

Non-Brand SEO Adalah Acquisition Loop (Mesin Compounding)

Sebaliknya, strategi SEO yang menargetkan topik umum (misal: UGC Loop di Quora atau Pinterest) dikategorikan sebagai Acquisition Loop.

Mekanismenya compounding (menggulung):

  1. User (atau tim konten) bikin artikel “Cara Memperbaiki AC Bocor”.
  2. Google mengindeks artikel tersebut.
  3. Orang asing yang punya masalah AC bocor nyari di Google.
  4. Mereka nemu website lo (Akuisisi User Baru).
  5. User baru ini mungkin share artikel atau bikin konten baru.
  6. Otoritas domain naik, ranking naik, trafik makin gede.

Ini adalah Real SEO. Ini adalah mesin akuisisi murni. Lo mengubah strangers menjadi visitors. Di sinilah nilai sebenernya dari seorang SEO Specialist dinilai. Kalau grafik Non-Branded lo datar, berarti strategi SEO lo gagal, gak peduli seberapa tinggi total trafik organik lo.

Bahaya “Vanity Metrics” dalam Laporan Bulanan

Kenapa gw bilang grafik hijau itu bisa jadi kebohongan? Karena data agregat seringkali menutupi penyakit yang sebenernya.

Bayangkan skenario ini:

  • Bulan 1: Trafik Non-Brand 10.000 (Stabil). Trafik Brand 5.000. Total: 15.000.
  • Bulan 2: Perusahaan kena skandal viral atau bikin campaign iklan masif. Trafik Brand meledak jadi 20.000. Trafik Non-Brand turun ke 8.000 karena konten jarang diupdate. Total: 28.000.

Laporan di meja bos: “Trafik Organik naik hampir 100%!”

Realita Bisnis: Lo kehilangan 20% pangsa pasar di pencarian solusi (Non-Brand), tapi tertutupi oleh lonjakan orang yang kepo sama skandal/iklan lo.

Dampak jangka panjangnya fatal:

  1. Budget Misallocation: Bos mikir SEO aman, jadi budget konten dipotong. Padahal SEO lo lagi pendarahan.
  2. False Confidence: Tim merasa strategi keyword mereka berhasil, padahal gak ada hubungannya.
  3. Dependency: Bisnis lo jadi ketergantungan sama iklan berbayar (buat memicu pencarian brand). Begitu budget iklan disetop, trafik organik lo ikut mati.

Audit Teknis (Cara Memisahkan Si Jujur dan Si Pembohong)

Oke, cukup teorinya. Sekarang kita masuk ke teknis. Gimana caranya lo tau kondisi sebenernya website lo? Gw kasih langkah-langkah audit pake Google Search Console (GSC) yang harus lo lakuin sekarang juga.

Lo gak butuh tools mahal kayak Ahrefs atau Semrush buat ini (walaupun membantu). GSC adalah sumber kebenaran (source of truth) paling akurat karena datanya langsung dari Google.

Langkah 1: Buka Laporan Kinerja (Performance Report)

Masuk ke GSC, pilih properti website lo, klik menu Performance > Search Results. Setel rentang waktu ke 3-6 bulan terakhir biar kelihatan trennya.

Langkah 2: Gunakan Filter Regex (Regular Expression)

Filter bawaan GSC kadang kurang canggih. Kita pake Regex biar presisi.

  • Klik tombol + New di bagian atas filter.
  • Pilih Query.
  • Di dropdown menu, pilih Custom (Regex).

Langkah 3: Isolasi Branded Traffic

Kita mau liat seberapa dominan brand lo.

  • Pilih aturan: Matches regex.
  • Masukkan pola nama brand lo. Misal nama brand lo “Kopi Joni”. Masukkan variasi salah ketik yang mungkin terjadi:kopi joni|kopijoni|kopi joni indonesia|joni kopi
  • (Tanda | artinya “ATAU”).
  • Klik Apply.

Grafik yang muncul sekarang adalah Grafik Brand Awareness.

  • Kalau grafik ini naik tajam: Selamat, tim Marketing/PR lo kerja bagus.
  • Kalau grafik ini turun: Cek apakah ada isu reputasi atau search volume brand lo emang lagi lesu.

Langkah 4: Isolasi Non-Branded Traffic (The Moment of Truth)

Ini langkah paling krusial. Kita mau liat kinerja SEO murni.

  • Klik lagi filter Query tadi.
  • Ubah aturan jadi: Does not match regex.
  • Masukkan pola regex yang sama persis kayak tadi.
  • Klik Apply.

Grafik yang muncul sekarang adalah Grafik Kinerja SEO.

  • Inilah “rapor” lo. Apakah trennya naik? Stabil? Atau turun pelan-pelan?
  • Kalau total trafik lo naik tapi grafik ini turun, lo punya masalah serius di konten atau teknis SEO. Lo kehilangan relevansi di mata user baru.

Langkah 5: Hitung Rasio Brand vs Non-Brand

Ekspor datanya ke Spreadsheet. Hitung persentasenya.

  • Kalau Non-Brand > 70%: Sehat. Lo punya mesin akuisisi yang kuat.
  • Kalau Brand > 70%: Bahaya (kecuali lo emang brand raksasa kayak Facebook/BCA). Lo sangat rentan. Pertumbuhan lo bergantung penuh pada popularitas nama, bukan pada solusi yang lo tawarkan.

Strategi Optimasi (Defensive vs Offensive)

Setelah lo pisahin datanya, lo harus punya strategi beda buat masing-masing jenis trafik. Jangan dipukul rata.

Strategi 1: Brand SEO (Defensive Strategy)

Tujuan lo di sini bukan “Ranking 1” (karena itu udah pasti), tapi “Menguasai Real Estat SERP”. Lo mau mastiin pas orang nyari nama lo, yang mereka liat adalah hal-hal positif yang lo kontrol.

  • Sitelinks: Pastikan struktur menu website lo jelas biar Google nampilin sitelinks yang relevan (misal: Login, Kontak, Produk, Karir).
  • Knowledge Panel: Klaim panel bisnis lo di Google Business Profile. Isi lengkap infonya.
  • Reputation Management: Pastikan review buruk atau artikel negatif gak muncul di Page 1 pas orang nyari nama lo. Dorong konten positif (LinkedIn perusahaan, Twitter, Youtube) biar ranking di bawah website utama lo.
  • Navigational Ease: Pastikan loading speed cepet. Orang nyari nama lo karena mau akses cepet. Kalau lemot, mereka kesel.

Strategi 2: Non-Brand SEO (Offensive Strategy)

Di sini lah “perang” sesungguhnya. Tujuan lo adalah Akuisisi dan Konversi.

  • Content Loops: Bikin konten yang menjawab pertanyaan spesifik (Long-tail Keywords). Fokus pada Discovery Intent. Contoh: “Cara memilih sepatu lari untuk kaki lebar”.
  • Topic Authority: Jangan cuma bikin satu artikel. Bikin cluster konten yang ngebahas satu topik sampai tuntas. Ini sinyal ke Google kalau lo ahli di bidang itu.
  • Intent Matching: Cek SERP. Kalau orang nyari “Jasa SEO”, apakah Google nampilin artikel edukasi atau halaman jasa? Sesuaikan jenis konten lo.
  • Update Konten Lama: Cek artikel Non-Brand yang trafiknya turun. Refresh isinya, tambahin data baru. Ini cara paling murah naikin trafik Non-Brand.

Simbiosis Mutualisme (The Brand Halo Effect)

Walaupun gw misahin keduanya secara tegas, gw gak bilang Brand SEO itu gak guna buat SEO murni. Ada fenomena yang disebut Brand Halo Effect.

Saat Brand Awareness lo kuat, SEO Non-Brand lo bakal kebantu secara gak langsung.

1. CTR Booster (Peningkat RKT)

Bayangkan user nyari “Tips Investasi Saham”.

  • Ranking 1: https://www.google.com/search?q=BlogFinansialGakJelas.com
  • Ranking 3: Bibit.id

Walaupun Bibit ada di posisi 3, user mungkin lebih cenderung ngeklik Bibit karena mereka kenal namanya dari iklan. CTR organik Bibit naik. Sinyal ini ditangkap algoritma Google (“Oh, orang suka Bibit”), dan pelan-pelan Bibit bisa naik ke Ranking 1.

2. Entity Recognition (E-E-A-T)

Google makin pinter. Mereka pake konsep E-E-A-T (Experience, Expertise, Authoritativeness, Trustworthiness). Semakin banyak orang nyari nama brand lo, semakin Google yakin kalau lo adalah entitas bisnis yang nyata dan kredibel. Ini ngasih “poin plus” ke domain lo secara keseluruhan, bikin artikel Non-Brand lo lebih gampang nembus halaman pertama.

Jadi, idealnya lo butuh dua mesin ini jalan bareng. Marketing (Linear) ngebangun nama, SEO (Loop) nangkep demand pasar.

Kesimpulan: Transformasi Cara Lo Lapor ke Atasan

Mulai bulan depan, ubah cara lo presentasi data SEO. Berhenti ngasih satu angka gelondongan “Total Organic Traffic”. Itu pemalas.

Sajikan tabel perbandingan:

  • Trafik Branded (Indikator Kesehatan Brand): Jelaskan korelasinya dengan aktivitas offline atau iklan. “Bos, trafik branded naik karena iklan Youtube kita lagi kenceng.”
  • Trafik Non-Brand (Indikator Kinerja SEO): Jelaskan korelasinya dengan konten dan optimasi. “Bos, trafik non-brand naik 15% karena panduan yang kita rilis berhasil ranking di keyword strategis.”

Dengan cara ini, lo memposisikan diri lo bukan sekadar teknisi SEO, tapi Strategist Bisnis. Lo ngasih insight yang bisa dipake buat ngambil keputusan: Apakah kita perlu genjot awareness (kalau Branded turun), atau kita perlu genjot produksi konten (kalau Non-Brand stagnan)?

SEO bukan soal ngejar angka trafik setinggi langit. SEO adalah soal nangkep demand yang relevan di saat yang tepat. Dan lo gak bisa lakuin itu kalau lo masih buta membedakan mana orang yang “nyari lo” dan mana orang yang “butuh lo”.

Sekarang, buka GSC lo, pasang filter Regex, dan hadapi kebenaran data lo.

Topan
Topan
🧑🏻‍💻 Tech & Performance Marketing Enthusiast

Subscribe to our magazine

━ more like this

Strategi Hook Model Nir Eyal untuk Membangun Produk yang Bikin User Candu

Lo pasti pernah nanya kenapa user bisa menghabiskan waktu berjam-jam scrolling di TikTok atau Instagram tanpa sadar. Jawabannya bukan cuma kebetulan atau "konten menarik"...

Pilihan Karir Performance Marketer 2025 Antara WFH, WFO atau WFA

Dilema lo soal milih model kerja sebagai Performance Marketer di tahun 2025 itu valid banget. Kita ngeliat pasar kerja yang lagi kepecah dua. Satu...

WordPress 6.9: Update Terbaru & Keuntungan Buat Blogger

Baru banget rilis (2 Desember 2025), WordPress 6.9 bawa fitur kolaborasi ala Google Docs dan blok baru yang bikin plugin tambahan jadi nggak relevan...

Konflik Data Analytics vs Data Transaksi Database dalam Performance Marketing

Lo pasti pernah ada di posisi nyesek ini. Lo buka dashboard MMP kayak Adjust, AppsFlyer, atau Branch. Angkanya hijau semua. CPI murah, conversion rate...

Google Ads vs Meta Ads Bedah Tuntas Algoritma dan Simulasi Budget Biar Lo Gak Salah Bakar Duit

Perdebatan soal Google Ads vs Meta Ads ini gak ada matinya di kalangan pebisnis dan digital marketer. Seringkali pertanyaan klasiknya adalah mana yang lebih...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!