31.3 C
Bogor

7 Cara Scale Up Iklan Anti Boncos Biar Kualitas Leads Tetap Terjaga

Date:

Share:

Pernah gak sih lo ngerasa udah nemu winning campaign tapi pas budget dinaikin malah hancur lebur? Lo pasti lagi nyari cara scale up iklan yang bener biar gak boncos. Masalah ini klasik banget di dunia performance marketing. Awalnya CPL murah dan leads masuk deres. Tapi begitu lo tambah budget dua kali lipat, kualitas leads malah terjun bebas dan tim sales lo mulai komplain karena leads yang masuk cuma “sampah”.

Kejadian ini sering disebut lead quality drop. Algoritma iklan di Meta atau Google itu pintar, tapi kadang mereka “malas”. Kalau lo cuma minta leads banyak, mereka bakal cari leads termurah yang seringkali gak punya daya beli. Di artikel ini, gw bakal bedah tuntas strategi teknis dan psikologis buat naikin budget tanpa ngorbanin kualitas.

Masalah Utama Saat Scale Up Budget Iklan

Masalah paling mendasar saat scaling adalah algoritma iklan kehabisan audiens “pasti beli” dan mulai menyasar audiens “mungkin beli”.

Saat lo jalanin kampanye dengan budget kecil, algoritma Google atau Facebook bakal nyari “buah yang paling rendah” alias orang-orang yang paling gampang dikonversi. Cara scale up iklan yang salah biasanya cuma fokus nambah budget tanpa ngasih sinyal tambahan ke algoritma. Akibatnya, mesin iklan lo bakal melebar (expand) ke audiens yang kualitasnya di bawah standar cuma demi menuhin target pengeluaran harian lo.

Ini bukan salah lo sepenuhnya. Platform iklan emang didesain buat ngehabisin budget lo. Tugas lo sebagai advertiser adalah ngasih batasan atau guardrails biar algoritmanya gak liar. Lo harus paham kalau volume leads gak selalu berbanding lurus sama profit. Seringkali, volume naik 2x lipat, tapi profit cuma naik 10% atau malah turun karena biaya operasional sales membengkak.

Kirim Data Offline Conversion Tracking

Solusi teknis paling ampuh buat jaga kualitas leads adalah dengan ngasih tau platform iklan mana leads yang beneran jadi duit.

Pixel atau Tag di website lo cuma bisa ngelacak siapa yang isi form. Mereka gak tau siapa yang akhirnya angkat telpon, siapa yang dateng meeting, atau siapa yang transfer duit. Cara scale up iklan yang modern wajib pake Offline Conversion Tracking (OCT). Lo harus kirim balik data dari CRM lo ke Google Ads atau Meta Ads.

Panduan Resmi Google Ads tentang Offline Conversion Import

Caranya gini, setiap kali ada leads masuk, simpan GCLID (Google Click ID) atau FBCLID. Pas leads itu statusnya berubah jadi “Qualified” atau “Won” di CRM lo, kirim sinyal itu balik ke platform iklan via API atau upload manual. Dengan begitu, algoritma bakal belajar: “Oh, tipe orang kayak gini yang dicari, bukan cuma yang sekadar isi nama doang”.

Cara Scale Up Iklan dengan Value-Based Bidding

Ubah strategi bidding lo dari sekadar cari jumlah konversi jadi cari nilai konversi.

Kalau lo udah implementasi OCT, langkah selanjutnya adalah ganti bidding strategy. Jangan lagi pake Target CPA (Cost Per Action) yang pukul rata semua leads harganya sama. Pake Target ROAS (Return On Ad Spend) atau Maximize Conversion Value. Ini adalah cara scale up iklan yang bikin algoritma bekerja lebih keras buat lo.

Lo bisa kasih nilai (value) fiktif kalau lo susah ngitung real value di awal. Contoh skemanya:

  • Lead Masuk = Value 1
  • Lead Dibalas/Diangkat = Value 10
  • Lead Closing = Value 100

Dengan skema ini, algoritma bakal prioritasin nyari orang yang punya potensi ngasih value 100, bukan cuma yang value 1. Ini filter otomatis yang kuat banget pas budget lo udah gede.

Filter Audiens Lewat Copywriting Spesifik

Gunakan teks iklan lo sebagai saringan pertama sebelum orang klik.

Banyak advertiser terjebak bikin konten yang terlalu umum atau clickbait biar CTR (Click-Through Rate) tinggi. Padahal, CTR tinggi kalau isinya audiens yang salah itu percuma dan buang-buang duit. Cara scale up iklan yang cerdas justru kadang perlu bikin iklan yang “ngusir” orang yang gak tepat.

Sebutin harga atau kriteria spesifik di copywriting atau visual lo.

  • Jangan tulis: “Dapatkan Rumah Murah Cicilan Ringan” (Ini ngundang semua orang).
  • Tulis: “Rumah Cluster Premium BSD Mulai 2M. Khusus Investasi.” (Ini langsung filter orang yang budgetnya di bawah 2M).

Mungkin CPL (Cost Per Lead) lo bakal naik, dan CTR lo turun. Tapi conversion rate di backend (sales) bakal naik drastis. Ingat, lo bayar iklan buat dapet profit, bukan buat dapet klik murah.

Perbaiki Flow Landing Page Biar Leads Berkualitas

Bikin user sedikit “susah” buat isi form agar hanya mereka yang serius yang masuk.

Ada mitos kalau form harus sependek mungkin biar konversi tinggi. Itu bener kalau lo jualan barang receh. Tapi buat B2B atau produk High Ticket, form pendek sama dengan leads sampah. Cara scale up iklan yang aman adalah dengan nambahin friksi (friction) yang disengaja.

Gunakan conditional logic di form lo. Jangan langsung minta Nama/WA di depan. Minta mereka jawab pertanyaan kualifikasi dulu.

  1. “Berapa budget proyek Anda?”
  2. “Kapan Anda butuh solusi ini?”

Kalau mereka jawab budget “Di bawah standar”, lo bisa set logic buat langsung arahin mereka ke halaman “Maaf kami belum cocok” atau tawarin produk downsell. Jangan biarkan leads yang gak kualified masuk ke pipeline sales utama lo dan buang waktu tim sales.

Strategi Struktur Asset Group PMax

Struktur Kampanye yang Mendukung Scaling

Pecah kampanye lo berdasarkan tahap funnel atau kategori produk biar scaling lebih terkontrol.

Jangan tumpuk semua budget dalam satu kampanye besar kalau datanya belum matang. Struktur akun yang rapi adalah kunci cara scale up iklan yang berkelanjutan. Pisahkan kampanye prospecting (mencari audiens baru) dengan kampanye remarketing.

Saat scaling, biasanya lo akan naikin budget di prospecting. Pastikan audiens remarketing lo gak keganggu. Selain itu, coba teknik Horizontal Scaling dulu sebelum Vertical Scaling.

  • Vertical Scaling: Nambah budget di kampanye yang udah ada.
  • Horizontal Scaling: Duplikasi adset/adgroup yang sukses ke audiens baru atau creative baru.

Horizontal scaling biasanya lebih aman buat jaga stabilitas performa karena lo gak maksa satu audiens buat nyerap budget terlalu besar dalam waktu singkat.

Monitoring Rutin Biar Gak Kebobolan

Scaling butuh pengawasan harian yang ketat pada metrik kualitas, bukan cuma kuantitas.

Jangan pernah tinggalin kampanye yang lagi di-scale up sendirian berhari-hari. Cara scale up iklan yang bener butuh disiplin monitoring. Cek rasio Qualified Lead terhadap Total Lead setiap hari atau minimal 3 hari sekali.

Kalau lo liat CPL stabil tapi jumlah Qualified Lead turun, segera pause kenaikan budget atau bahkan turunin dikit (pull back). Cek lagi laporan Search Terms di Google Ads atau Audience Breakdown di Meta. Biasanya ada segmen “sampah” yang bocor masuk karena budget lo kegedean. Matikan segmen itu, baru coba naikin lagi pelan-pelan.

Scaling itu maraton, bukan lari sprint. Lo naikin budget 20% setiap beberapa hari sambil pantau kualitas jauh lebih aman daripada langsung naikin 200% dalam semalam. Jaga emosi, jaga data, dan percaya sama prosesnya.

Topan
Topan
🧑🏻‍💻 Tech & Performance Marketing Enthusiast

Subscribe to our magazine

━ more like this

Retail-Native AI Adalah Kunci Profitabilitas Bisnis Ritel Modern

Gw perhatiin banyak pemain ritel di Indonesia masih kejebak main di lapangan orang lain. Mereka sibuk bakar duit buat ngejar trafik semu pake algoritma...

Strategi Struktur Asset Group Performance Max Google Ads Biar Gak Boncos

Banyak media buyer atau bisnis owner yang ngeluh kalau Performance Max (PMax) itu kayak "kotak hitam". Lo masukin duit, masukin aset, terus berharap algoritmanya...

Cara Bener Main Bidding Google Ads Biar Gak Boncos

Oke, gw ngerti maksud lo. Kata "Panduan" atau "Rahasia" emang kadang kedengeran gimmick banget dan kurang "nendang" buat praktisi. Kita ganti judulnya jadi lebih...

Strategi Hook Model Nir Eyal untuk Membangun Produk yang Bikin User Candu

Lo pasti pernah nanya kenapa user bisa menghabiskan waktu berjam-jam scrolling di TikTok atau Instagram tanpa sadar. Jawabannya bukan cuma kebetulan atau "konten menarik"...

Pilihan Karir Performance Marketer 2025 Antara WFH, WFO atau WFA

Dilema lo soal milih model kerja sebagai Performance Marketer di tahun 2025 itu valid banget. Kita ngeliat pasar kerja yang lagi kepecah dua. Satu...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!