31.3 C
Bogor

Mengatasi Overlapping Campaign Google Ads: Dampak, Solusi & Rekomendasi

Date:

Share:

Lo lagi scrolling dashboard Google Ads, ngecek performa. Campaign udah running, budget udah keluar, tapi kok hasilnya nggak sesuai ekspektasi?

Tiba-tiba, lo nemu satu insight atau status yang bikin kening berkerut: “Overlapping” atau tumpang tindih. Entah itu overlapping keywords atau overlapping audiences.

Ini bukan error yang bikin campaign lo berhenti. Ini adalah warning strategis. Banyak advertiser pemula nggak sadar, atau lebih parah, cuek sama hal ini.

Padahal, overlapping campaign itu ibarat lo lagi ikut lelang, tapi lo nge-bid ngelawan diri lo sendiri. Hasilnya? Budget boncos, data berantakan. Artikel ini akan ngebahas tuntas apa yang harus lo lakukan.

Apa Itu Sebenarnya Overlapping Campaign?

Secara sederhana, overlapping campaign (atau ad group) terjadi ketika dua atau lebih campaign lo di-set untuk masuk ke lelang iklan yang sama.

Ini berarti lo memaksa Google untuk memilih di antara campaign lo sendiri. Google jadi bingung, “Ini si A mau nampilin iklan yang mana sebenernya?”

Analogi paling gampangnya: Lo punya dua warung kopi susu di food court yang sama, sebelahan persis, jualan menu yang sama persis, dengan harga yang beda tipis. Lo akhirnya cuma bersaing sama diri lo sendiri buat dapetin satu pelanggan yang sama.

Kenapa Overlapping Ini Bisa Terjadi?

Masalah ini nggak muncul gitu aja. Biasanya ini adalah hasil dari struktur akun yang kurang rapi.

1. Keyword Overlap (Paling umum di Search)

Ini biang kerok utamanya di Search Campaign.

  • Contoh Kasus: Lo jualan sepatu.

Saat ada orang ngetik “sepatu lari pria”, kedua ad group lo ini “berebut” untuk tampil.

2. Audience Overlap (Umum di Display, PMax, & YouTube)

Ini terjadi saat campaign berbeda menargetkan segmen audiens yang irisannya terlalu besar.

  • Contoh Kasus:
    • Campaign A (Awareness): Nargetin audiens In-Market “Travelers”.
    • Campaign B (Consideration): Nargetin Custom Audience orang yang mengunjungi website kompetitor (misal, Traveloka & Tiket.com).

Sangat mungkin audiens di Campaign A dan B adalah orang yang sama. Akhirnya, mereka bisa melihat dua iklan lo yang berbeda, dan lo nggak tahu strategi mana yang sebenernya “dapet” perhatian mereka.

Dampak Buruk Jika Overlapping Campaign Terus Di-Running

“Yaudah sih, biarin aja. Yang penting kan iklan gw muncul.” Wrong. Ini dampak buruk yang diam-diam ngabisin budget lo.

1. Lo Bersaing Melawan Diri Sendiri

Ini dampak paling fatal. Lelang iklan Google (Ad Auction) itu sensitif.

Saat dua campaign lo masuk lelang yang sama, Google akan melihat Ad Rank (Bid x Quality Score) dari keduanya. Campaign lo sendiri saling “sikut” untuk menang.

2. CPC (Cost Per Click) Jadi Lebih Mahal

Ini efek domino dari poin pertama. Karena lo bersaing sama diri sendiri, lo secara artifisial menaikkan harga lelang.

Lo mungkin harus nge-bid lebih tinggi untuk ngalahin… ya, campaign lo yang satunya lagi. Budget jadi nggak efisien.

3. Data Performa Jadi Nggak Akurat

Misalnya, Campaign A (CPC lebih mahal) yang menang lelang, padahal Campaign B (CPC lebih murah, ad copy lebih relevan) mungkin bisa kasih konversi lebih baik.

Akibatnya, lo dapat data yang bias. Lo mungkin mikir Campaign A jelek, padahal dia cuma “kalah perang” sama saudaranya sendiri. Lo jadi salah ambil keputusan optimasi.

4. Performa Machine Learning Terganggu

Untuk campaign yang pakai smart bidding (kayak tCPA atau PMax), overlapping ini bikin machine learning bingung.

Algoritma butuh data yang bersih untuk belajar. Kalo datanya “terkontaminasi” oleh persaingan internal, prediksinya jadi nggak optimal.

Cara Menanggapi dan Apa yang Harus Diubah

Oke, lo udah tahu ini masalah serius. Jangan panik, tapi harus gerak cepat. Solusinya beda, tergantung jenis campaign-nya.

Ini adalah “obat” yang harus lo siapkan.

1. Solusi untuk Search Campaign (Keyword Overlap)

Ini adalah game soal presisi. Tujuannya: memastikan keyword yang spesifik HANYA ter-picu oleh ad group yang paling relevan.

  • Obat Wajib: Gunakan Negative Keywords
    • Ini adalah alat bedah lo. Lo harus “mengisolasi” keyword antar ad group.
    • Caranya: Balik ke contoh sepatu tadi.
      • Di Ad Group B (Sepatu Pria), lo harus masukin [sepatu lari pria] sebagai Negative Keyword (Exact Match).
    • Dengan begini, saat ada orang ngetik “sepatu lari pria”, Ad Group B akan “mundur” dan Google hanya akan mempertimbangkan Ad Group A (Sepatu Lari). Masalah selesai.
  • Obat Tambahan: Perketat Tema Ad Group
    • Jangan bikin ad group “gado-gado”. Satu ad group idealnya fokus pada satu tema yang sangat spesifik.
    • Struktur yang lebih rapi akan meminimalisir risiko overlap dari awal.

2. Solusi untuk Display/YouTube (Audience Overlap)

Di sini, kita main “isolasi” audiens, bukan keyword.

  • Obat Wajib: Terapkan Audience Exclusions
    • Ini adalah fitur yang sering dilupain.
    • Caranya: Kalo lo punya dua campaign:
      • Campaign A (Prospecting): Nargetin audiens baru (misal: In-Market).
      • Campaign B (Remarketing): Nargetin website visitors lo.
    • Lo wajib masukin list “Website Visitors” ke dalam Audience Exclusions di Campaign A.
    • Tujuannya? Biar orang yang udah kenal lo (masuk list remarketing) nggak liat iklan “kenalan” lo lagi. Ini menghemat budget dan bikin funneling lo rapi.
  • Obat Opsi: Konsolidasi (Gabungkan) Campaign
    • Coba tanya diri lo: “Ini dua campaign sebenernya perlu dipisah nggak sih?”
    • Kalo target audiensnya 90% mirip dan tujuannya sama, seringkali lebih baik digabung aja jadi satu.
    • Satu campaign dengan budget lebih besar dan data terpusat biasanya akan dipelajari lebih cepat dan lebih baik oleh machine learning Google.

Rekomendasi Terbaik: Jangan Pernah Dibiarkan

Overlapping campaign itu ibarat “bocor alus” di dompet ads lo. Nggak kelihatan drastis, tapi lama-lama bikin tekor.

Rekomendasi terbaik: Segera perbaiki.

Tidak ada skenario di mana membiarkan overlap itu menguntungkan. Lo harus pilih satu dari dua strategi ini:

  1. Isolasi (Isolate): Gunakan Negative Keywords (untuk Search) atau Audience Exclusions (untuk Display/PMax). Ini cara paling umum dan paling bersih. Lo “memaksa” setiap campaign/ad group berenang di jalurnya masing-masing.
  2. Konsolidasi (Consolidate): Jika pemisahannya nggak jelas, gabungkan. Sederhanakan struktur akun lo. Percaya sama machine learning, kasih data yang banyak di satu tempat.

Jangan cuma di-pause salah satu. Itu bukan solusi, itu cuma nunda masalah. Lo harus perbaiki strukturnya.

Cek akun lo sekarang. Audit negative keyword list dan audience exclusion lo. Pastiin lo nggak lagi sibuk nge-bid ngelawan diri lo sendiri di lelang.

Topan
Topan
🧑🏻‍💻 Tech & Performance Marketing Enthusiast

Subscribe to our magazine

━ more like this

Retail-Native AI Adalah Kunci Profitabilitas Bisnis Ritel Modern

Gw perhatiin banyak pemain ritel di Indonesia masih kejebak main di lapangan orang lain. Mereka sibuk bakar duit buat ngejar trafik semu pake algoritma...

7 Cara Scale Up Iklan Anti Boncos Biar Kualitas Leads Tetap Terjaga

Pernah gak sih lo ngerasa udah nemu winning campaign tapi pas budget dinaikin malah hancur lebur? Lo pasti lagi nyari cara scale up iklan...

Strategi Struktur Asset Group Performance Max Google Ads Biar Gak Boncos

Banyak media buyer atau bisnis owner yang ngeluh kalau Performance Max (PMax) itu kayak "kotak hitam". Lo masukin duit, masukin aset, terus berharap algoritmanya...

Cara Bener Main Bidding Google Ads Biar Gak Boncos

Oke, gw ngerti maksud lo. Kata "Panduan" atau "Rahasia" emang kadang kedengeran gimmick banget dan kurang "nendang" buat praktisi. Kita ganti judulnya jadi lebih...

Strategi Hook Model Nir Eyal untuk Membangun Produk yang Bikin User Candu

Lo pasti pernah nanya kenapa user bisa menghabiskan waktu berjam-jam scrolling di TikTok atau Instagram tanpa sadar. Jawabannya bukan cuma kebetulan atau "konten menarik"...

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini
Captcha verification failed!
Skor pengguna captcha gagal. silahkan hubungi kami!