Primary vs. Secondary Conversion Goals di Google Ads: Panduan Teknis (Biar Smart Bidding Nggak Sesat)
Lo pasti udah pakai Smart Bidding di Google Ads. Entah itu Maximize Conversions, Target CPA (tCPA), atau Target ROAS (tROAS). Lo percaya 100% sama machine learning Google untuk nyariin lo customer.
Tapi, pernah nggak lo ngalamin ini:
Di dashboard Google Ads, kolom “Conversions” lo ijo royo-royo. Ratusan, bahkan ribuan konversi sehari. Kelihatan sukses banget. Tapi pas lo cek data back-end (Shopify, CRM, atau rekening bank), angkanya nggak nyambung. Sales segitu-gitu aja. ROAS lo boncos.
Apa yang salah?
Selamat, lo baru aja jadi korban dari setting-an konversi yang “sesat”. Lo nggak bedain mana konversi yang beneran penting (Primary) dan mana yang cuma “nice to have” (Secondary).
Bayangin lo ngelatih anjing pelacak (si algoritma Smart Bidding). Lo kasih dia dua perintah sekaligus: “Cari bom!” (konversi purchase) dan “Cari bola tenis!” (konversi add to cart). Karena nyari bola tenis jauh lebih gampang dan lebih sering ketemu, anjing itu bakal fokus nyari bola tenis seharian. Lo dapet 1000 bola tenis, tapi bom-nya nggak ketemu.
Algoritmanya nggak salah. Yang salah adalah lo, si pelatih, yang nggak ngasih prioritas.
Artikel ini adalah panduan teknis mendalam buat performance marketer yang mau “melatih” algoritma Google Ads dengan benar. Kita akan bedah tuntas soal Primary vs. Secondary Conversion Goals biar budget lo nggak habis buat ngejar “konversi palsu”.
Definisi Teknis: Bedah Peran Primary vs. Secondary di Google Ad
Pertama, kita harus sepakat dulu soal terminologi. Sejak Google Ads ngerilis update baru, cara kita ngelola conversion berubah. Kita nggak lagi cuma bikin “Conversion Action”, tapi kita juga harus nentuin peran aksi tersebut.
Apa Itu Primary Conversion Goals? (Si ‘Bos Besar’)
- Definisi: Primary goals adalah aksi inti yang punya nilai bisnis langsung buat lo. Ini adalah macro-conversion. Ini adalah alasan kenapa lo pasang iklan.
- Contoh:
- E-commerce: Purchase (Pembelian Selesai).
- Lead Gen (B2B/Services): Qualified Lead Form Submit (Formulir Prospek Berkualitas).
- SaaS: Start Trial atau Subscription Completed.
- Peran Teknis (PENTING): Aksi yang lo set sebagai “Primary” adalah satu-satunya data yang akan digunakan oleh Smart Bidding untuk optimasi.
- Muncul di Kolom Mana: Data Primary Goals akan muncul di kolom utama “Conversions” di dashboard lo.
Singkatnya: Primary = “Bos, kejar target ini!”
Apa Itu Secondary Conversion Goals? (Si ‘Asisten’)
- Definisi: Secondary goals adalah aksi pendukung. Ini adalah micro-conversion atau “batu loncatan” yang nunjukkin intent (minat) user, tapi belum jadi duit.
- Contoh:
- E-commerce: Add to Cart, Begin Checkout, View Key Page (misal: halaman pricing), Wishlist.
- Lead Gen (B2B/Services): Newsletter Signup, Download E-book/Brochure, Click to Call, View Demo Video > 50%.
- Peran Teknis (PENTING): Aksi yang lo set sebagai “Secondary” TIDAK akan dipakai oleh Smart Bidding untuk optimasi. Aksi ini cuma buat observasi.
- Muncul di Kolom Mana: Data Secondary Goals nggak akan muncul di kolom “Conversions”. Dia cuma akan muncul di kolom “All conv. (by conv. time)”.
Singkatnya: Secondary = “Bos, ini ada info tambahan, cukup catat aja ya.”
Tabel Perbandingan: Primary vs. Secondary
| Fitur | Primary Conversion Goals | Secondary Conversion Goals |
| Tujuan Utama | Aksi Inti (Macro-conversion) | Aksi Pendukung (Micro-conversion) |
| Nilai Bisnis | Langsung (Sales, Qualified Lead) | Tidak Langsung (Intent, Engagement) |
| Optimasi Bidding | YA (Wajib dipakai tCPA/tROAS) | TIDAK (Hanya diobservasi) |
| Kolom Reporting | “Conversions” & “All conv.” | “All conv.” (saja) |
| Contoh | Purchase, Booking Selesai | Add to Cart, Newsletter Signup |
Cara Setting Primary vs. Secondary di Google Ads (Step-by-Step)
Oke, sekarang bagian teknisnya. Gimana cara “ngasih tahu” Google mana Bos Besar dan mana Asisten di akun lo?
Langkah 1: Audit Total Semua Conversion Actions Lo
Ini langkah paling krusial yang sering di-skip. Lo harus “bersih-bersih” dulu.
- Buka dashboard Google Ads lo.
- Masuk ke Tools & Settings (logo kunci inggris di kanan atas).
- Di bawah kolom Measurement, klik Conversions.
- Lo akan lihat daftar semua Conversion Actions yang pernah lo buat. Mungkin ada “Page View”, “Contact Form”, “WA Click”, “Purchase”, numpuk semua.
Sekarang, tanya 3 pertanyaan ini untuk setiap aksi di daftar itu:
- Apakah aksi ini secara langsung ngasilin duit atau lead berkualitas tinggi?
- Kalau gw dapet 1000 konversi dari aksi ini, tapi 0 sales, apakah gw rugi bandar? (Kalau jawaban lo “YA, RUGI”, berarti ini bukan Primary).
- Apakah ini cuma “langkah awal” menuju konversi utama? (Kalau “YA”, ini Secondary).
Langkah 2: Mengganti Status Aksi (The “Flip”)
Setelah lo audit, lo akan nemu banyak aksi yang seharusnya jadi Secondary tapi masih berstatus Primary (ini default-nya Google).
Cara gantinya:
- Di halaman Conversions, klik nama Conversion Action yang mau lo ubah (misal: “Add to Cart”).
- Klik Edit settings (di kanan bawah).
- Cari panel Goal and action optimization. Ini dia “saklar”-nya.
- Lo akan lihat dua pilihan:
- Primary action: “Use for bidding optimization…” (Ini default-nya).
- Secondary action: “Do not use for bidding optimization…” (Ini yang lo cari).
- Pilih Secondary action.
- Klik Save.
Ulangi langkah ini untuk semua aksi yang bukan tujuan utama lo (kayak Page View, Newsletter Signup, Click to WA—kecuali WA itu sales channel utama lo).
Langkah 3: Mengelompokkan Aksi ke “Conversion Goals” (Standar Baru)
Google sekarang nggak cuma lihat action. Dia mengelompokkan actions ke dalam Standard Goals (kategori). Misal, action “Beli Sepatu” dan “Beli Baju” sama-sama masuk Standard Goal “Purchase”.
- Di halaman Conversions, di bagian atas, lo akan lihat rangkuman Conversion Goals (Contoh: “Purchase”, “Submit lead forms”, “Outbound clicks”, dll.).
- Pastikan action “Purchase” lo (yang tadi Primary) masuk ke Goal “Purchase”.
- Pastikan action “Add to Cart” lo (yang tadi Secondary) masuk ke Goal yang sesuai (misal: “Add to cart”), tapi status action-nya tetap Secondary.
Yang perlu lo perhatiin adalah “Account Default Goals”. Ini adalah Goals yang akan dipakai campaign baru lo secara otomatis. Pastikan yang jadi default cuma Goals yang isinya Primary Actions lo.
Pro-Tip (Campaign-Specific Goals): Lo bisa ganti goals di level campaign. Misal, campaign “Sales” lo pakai goal “Purchase” (Primary). Tapi lo bikin campaign baru “Branding/Traffic” di mana goal-nya lo ganti jadi “Newsletter Signup”. Ini bisa, tapi tricky. Kita bahas di studi kasus.
Strategi Lanjutan: Kapan dan Bagaimana Menggunakan Primary vs. Secondary? (3 Studi Kasus)
Teorinya gampang. Sekarang, gimana strategi pakainya di skenario real?
(H3) Studi Kasus 1: E-Commerce (Fokus: Maksimalkan ROAS)
- Problem: Lo punya toko online. Lo pasang tROAS campaign. Lo set “Purchase” dan “Add to Cart” (ATC) sebagai Primary (karena lo mikir ATC itu penting).
- Apa yang Terjadi: Algoritma tROAS bingung. Nyari orang yang purchase itu susah (CVR 1%). Nyari orang yang ATC itu gampang (CVR 10%). Akhirnya, algoritma ngabisin budget buat nyari orang yang cuma ATC. ROAS lo anjlok.
- Setting-an yang Benar:
- Primary Action: Hanya Purchase. Wajib hukumnya. Action ini harus ngirim dynamic value (nilai belanjaan) ke Google Ads.
- Secondary Actions:
Add to Cart,Begin Checkout,View Product,Create Wishlist,Newsletter Signup.
- Hasil:
- Kolom “Conversions” lo sekarang hanya nampilin data
Purchase. - Algoritma tROAS lo 100% fokus nyari orang yang profilnya mirip sama orang yang beneran beli, nggak peduli dia ATC atau nggak.
- Lo masih bisa lihat data ATC di mana? Di kolom “All conv.”. Lo tetap bisa analisis funnel (berapa banyak yang ATC tapi nggak jadi purchase), tapi data itu nggak “meracuni” bidding lo.
- Kolom “Conversions” lo sekarang hanya nampilin data
Studi Kasus 2: B2B/Lead Gen (Fokus: Kualitas Lead, Bukan Kuantitas)
- Problem: Lo jalanin campaign tCPA untuk jasa (misal: Agensi Digital). Lo punya dua form: Form “Contact Us” (High Intent) dan Form “Download E-book” (Low Intent). Keduanya lo set Primary.
- Apa yang Terjadi: Nyari orang yang download e-book (tukar email doang) JAUH lebih gampang. Campaign tCPA lo “sukses” besar. Ratusan lead masuk. CPA murah banget. Tapi pas lo oper ke tim sales, 100% lead sampah. Budget lo habis buat nyari “pembaca e-book”, bukan “klien”.
- Setting-an yang Benar:
- Primary Action: Hanya Submit Lead Form (“Contact Us”).
- Secondary Action: Download E-book, Click to Call (kalau ini cuma buat nanya-nanya), Subscribe Blog.
- Hasil: CPA lo di dashboard mungkin kelihatan jadi mahal (karena konversi “Download E-book” nggak dihitung lagi di kolom “Conversions”). TAPI, budget lo sekarang fokus 100% nyari orang yang beneran mau pakai jasa lo. Kualitas lead lo naik drastis.
Strategi Super Advanced (B2B): Pake Offline Conversion Import (OCI)
- Setting-an Paling ‘Dewa’:
- Secondary Action:
Submit Lead Form(MQL). - Primary Action: Offline Conversion Import (OCI). Ini adalah action yang lo upload dari CRM lo.
- Alurnya:
- User isi form di website. Action “Submit Lead Form” (Secondary) kecatat di “All conv.”.
- Lead masuk ke CRM. Tim sales nelpon.
- Ternyata lead-nya valid dan jadi Sales Qualified Lead (SQL).
- Tim sales ngubah status di CRM jadi “SQL”.
- Tiap malam, CRM lo (atau lo manual upload) ngirim data GCLID (Google Click ID) dari lead yang jadi SQL itu balik ke Google Ads sebagai Primary Conversion “SQL”.
- Hasil: Smart Bidding lo (tCPA) sekarang nggak lagi ngejar orang yang asal isi form. Dia ngejar orang yang profilnya mirip sama orang yang beneran jadi SQL setelah ditelepon sales. Ini adalah level optimasi B2B paling tajam.
- Secondary Action:
Studi Kasus 3: Campaign “Khusus” (Trik Campaign-Specific Goals)
- Problem: Lo mau launching produk baru. Lo tahu nggak bakal ada yang beli di hari pertama. Tujuan lo adalah ngumpulin database (email).
- Setting-an yang Benar:
- Bikin Campaign baru (misal: Performance Max khusus launching).
- Di level Campaign Settings, cari “Goals”.
- Pilih “Use Campaign-specific goal settings”.
- Pilih Goal “Newsletter Signup” (yang di account level tadi Secondary) dan jadikan Primary HANYA untuk campaign ini.
- Pasang bidding Maximize Conversions (atau tCPA yang murah).
- Hasil: Campaign ini akan fokus nyari orang yang mau sign-up email. Sementara campaign sales (BAU/Business as Usual) lo yang lain tetap aman pakai Goal “Purchase” (Primary). Lo nggak ngerusak data optimasi campaign utama lo.
Hubungan Primary/Secondary Goals dengan Model Atribusi (DDA)
Ini penting. Model atribusi (kayak Data-Driven Attribution atau DDA) itu “belajar” dari data konversi lo.
DDA itu cerdas. Dia akan nganalisis semua touchpoint (klik iklan, lihat video, dll.) yang leading ke konversi PRIMARY lo. Dia akan ngasih kredit (nilai) ke tiap touchpoint sesuai kontribusinya.
Kalau lo salah set Primary Goal (misal: “Add to Cart” lo jadiin Primary), DDA lo juga bakal “sesat”. Dia akan mikir kalau campaign YouTube Ads lo (yang top-funnel) itu nggak guna, karena nggak ngasilin ATC (padahal mungkin ngasilin banyak sales).
Data hygiene (kebersihan data) di setting Primary vs. Secondary adalah syarat mutlak biar Model Atribusi Data-Driven lo bisa bekerja akurat dan ngasih lo insight yang bener.
Kesimpulan: Lo Adalah Pelatih, Bukan Cuma Penonton
Smart Bidding itu powerful, tapi dia nggak bisa baca pikiran lo. Dia cuma bisa baca setting-an lo.
Pemisahan Primary vs. Secondary Conversion Goals adalah tool komunikasi #1 lo sama algoritma Google. Ini adalah cara lo bilang:
- Primary: “Ini targetnya. Ini yang ngasih gw duit. Kejar ini, nggak peduli seberapa susah!”
- Secondary: “Ini info tambahan buat lo. Cukup catat di laporan ‘All conv.’, jangan dipakai buat ngejar bidding.”
Marketer yang mastering setting-an simpel (tapi krusial) ini akan dapat ROAS. Marketer yang abai dan nyampurin semua konversi jadi satu, akan terus-terusan buang budget untuk ngejar konversi yang nggak ada nilainya.
So, cek setting-an akun lo sekarang.
FAQ (Frequently Asked Questions)
1. Apa yang terjadi kalo gw nggak punya Secondary Goals sama sekali? Apa itu buruk?
Nggak buruk, malah itu bisa jadi bagus dan bersih. Kalau lo 100% fokus di sales (E-commerce) dan nggak peduli sama micro-conversion, setting aja “Purchase” sebagai satu-satunya Primary Goal dan nggak usah track yang lain. Ini bikin data lo super clean. Tapi, lo kehilangan visibility atas funnel. Punya Secondary Goals (kayak “Add to Cart”) itu bagus untuk reporting dan debugging (misal: “Oh, ternyata banyak yang ATC tapi nggak jadi beli, berarti checkout page gw bermasalah”).
2. Bolehkah “Add to Cart” (ATC) dijadikan Primary Goal?
Boleh, TAPI ada syaratnya. Lo boleh jadiin ATC Primary HANYA jika:
- Lo punya brand baru yang volume Purchase-nya masih nol atau terlalu kecil (misal: di bawah 15-20 per bulan).
- Smart Bidding butuh data (minimal 30-50 konversi/bulan) untuk “belajar”. Kalau data Purchase lo nggak nyampe, dia nggak bisa jalan.
- Lo terpaksa pakai ATC sebagai Primary Goal “sementara” biar mesinnya “panas” dulu.Setelah Purchase lo mulai konsisten di atas 30-50/bulan, wajib hukumnya ganti ATC jadi Secondary dan Purchase jadi Primary.
3. Gimana Google Ads tahu value (nilai) dari Primary Goal gw (e.g., Purchase)?
Dia nggak tahu, kecuali lo kasih tahu. Inilah pentingnya Conversion Value. Saat lo setting Primary Goal “Purchase”, pastikan lo juga setting tracking untuk “Conversion Value” (nilai belanjaan). Di E-commerce (Shopify, WooCommerce, dll.), ini biasanya otomatis dikirim ke Google Ads. Jadi Google tahu: Konversi A nilainya Rp 100.000, Konversi B nilainya Rp 1.500.000. Ini adalah “makanan” wajib untuk bidding tROAS.
